Kisah Orang Dayak Tidung Memeluk Agama Islam

Dok : Dayakbersatu

kaltengpedia.com – Terdapat berbagai versi legenda mengenai asal-usul pemisahan antara Orang Dayak Berusu dan Orang Tidung, dua kelompok etnis di Kalimantan yang memiliki hubungan darah dan bahasa yang sama, namun berbeda dalam budaya dan kepercayaan. Berikut adalah beberapa versi cerita rakyat yang berkembang:

Versi 1: Kisah Sang Kakak dan Sang Adik

Konon, leluhur Orang Dayak Berusu dan Orang Tidung adalah dua bersaudara—sang Kakak menjadi leluhur Dayak Berusu, sementara sang Adik menjadi leluhur Orang Tidung.

Suatu ketika, sang Kakak hendak mengadakan sebuah acara besar dan memerlukan tambahan bahan makanan. Ia pun bermaksud meminjam ternak babi dari adiknya. Namun, sang Adik berulang kali menyangkal bahwa ia memiliki babi. Meskipun terus didesak, sang Adik tetap bersikeras mengatakan bahwa ia tidak memelihara babi.

Bacaan Lainnya

Hingga akhirnya, suara babi peliharaan terdengar dari arah bukit—menandakan bahwa sang Adik telah berbohong. Peristiwa ini memicu percekcokan antara keduanya. Karena merasa malu dan bersalah, sang Adik lalu bersumpah tidak akan lagi memakan daging babi dan memilih untuk memeluk agama Islam.

Sejak saat itulah, terjadi pemisahan budaya:

  • Orang Tidung menjadi pemeluk Islam dan mulai mengadopsi budaya Melayu,

  • Sementara orang Dayak Berusu tetap mempertahankan adat istiadat Dayak, meskipun bahasa yang digunakan masih sama.

Versi 2: Perjumpaan dengan Wali di Hutan (Sembakung – Sebatik)

Dalam versi lainnya, leluhur mereka dikenal dengan nama Aki Suruga, yang konon memiliki tinggi badan lima hasta. Ia merupakan bagian dari suku asli Kalimantan yang masih menganut kepercayaan nenek moyang.

Dalam cerita ini, diceritakan bahwa suatu hari sang Kakak bertemu dengan seorang wali di tengah hutan. Wali tersebut kemudian mengajarkan ajaran Islam kepadanya. Setelah mempelajari ajaran tersebut, sang Kakak pulang dan ingin menyampaikan serta mengajak sang Adik untuk ikut memeluk Islam.

Namun, sang Adik menolak dan memilih untuk tetap memegang kepercayaan leluhur mereka. Perbedaan pandangan ini akhirnya membuat mereka berpisah dan membagi wilayah kekuasaan masing-masing berdasarkan aliran sungai:

  • Wilayah sang Kakak berada di hilir sungai, tempat bertemunya air asin dan air tawar.

  • Wilayah sang Adik berada di hulu sungai, di mana air tawar masih murni.

Inilah yang dipercaya menjadi awal mula pemisahan wilayah dan budaya antara orang Tidung dan Dayak, di mana orang Tidung lebih banyak mendiami daerah pesisir, muara sungai, serta pulau-pulau di sekitar Kalimantan.

Versi 3: Versi Dayak Belusu (Mirip Versi 1)

Versi ketiga memiliki kisah serupa dengan versi pertama, namun berkembang khusus di kalangan Dayak Belusu. Dalam cerita ini, sang Kakak dan sang Adik kembali berselisih karena persoalan babi peliharaan, dan sang Adik akhirnya memilih untuk tidak lagi mengonsumsi babi serta memeluk agama Islam sebagai jalan hidup baru.

Legenda-legenda ini menunjukkan bagaimana perbedaan kepercayaan dan budaya di antara masyarakat Kalimantan terbentuk dari akar sejarah yang dalam dan penuh nilai kearifan lokal. Meskipun berbeda dalam budaya dan agama, Dayak Berusu dan Tidung tetap memiliki ikatan sejarah yang kuat sebagai saudara satu nenek moyang.

Pos terkait