kaltengpedia.com – Pemerintah Provinsi atau pemprov kalteng tak sedikit menggelontorkan dana untuk penanganan Kathutla di Kateng sekitar Rp 83 miliar lebih.
Hal itu diungkapakan Wakil Gubernur Kalteng Edy Pratowo usai peringatan upacara HUT Ke-78 RI di halaman kantor gubernur, Kamis (17/8/2033).
Di Agustus hingga saat ini, sudah tercatat ada 1.838 hotspot, 372 kejadian karhutla, dan 803,59 hektare lahan terbakar.
“Berdasarkan data Posko Karhutla Provinsi Kalteng pada Juli 2023 terdeteksi 722 hotspot, 333 kejadian karhutla, dan 1.311 hektare luas Lahan Terbakar,” jelasnya.
Edy mengatakan, saat ini juga sedang ditetapkan sebagai status siaga, sehingga pihaknya meminta kepada BNPB dan ada penambahan satu Helikopter Water Bombing.
“BMKG memperkirakan musim kemarau tahun ini lebih panjang dan kering akibat Fenomena El Nino, dan puncaknya akan terjadi pada Agustus dan September,” katanya.
Untuk itu, kewaspadaan terhadap ancaman Karhutla di Kalteng harus benar-benar tingkatkan.
“Dalam periode 2 bulan terakhir, jumlah hotspot dan kejadian karhutla yang terjadi cenderung meningkat,” ucapnya.
“Oleh karena itu, kita tidak boleh main-main. Semua pihak, baik Pemerintah Provinsi dan kabupaten/kota, forkopimda, instansi terkait, maupun elemen masyarakat harus bersatu padu dalam penanggulangan Karhutla di Kalimantan Tengah,” sambungnya.
Sinergi satgas karhuta provinsi dan kabupaten/kota harus diperkuat, serta personel, sarana prasarana, dan sumber daya lain harus disiapsiagakan, sehingga kita bersama dapat mewujudkan Kalimantan Tengah Bebas Kabut Asap.
Di tempat yang sama, Plt Kepala BP-BPK Kalteng Ahmad Thoyib mengatakan, penanganan karhutla saat ini sudah ada 35 pos lapangan yang tersebar di 8 kabupaten se-Kalteng
“Kita bersinergi bersama seluruh unsur yang terlibat dalam penanganan seperti teman-teman dari TNI Polri untuk melaksanakan penanganan karhutla di lapangan diberikan juga sosialisasi serta imbauan,” katanya.
Ia mengatakan, penanganan karhutla terhadap kejadian tersebut ketika terjadi di lapangan jika satgas atau tim darat ini tidak dapat menangani kejadian di lapangan karena mungkin kendala utama saat ini adalah susahnya akses menuju ke titik api kemudian juga alah satunya juga sumber air yang susah ditemukan.
Maka akan segera mengkoordinasi dengan tim untuk meminta bantuan melakukan Water Bombing di lokasi yang tidak dapat dijangkau oleh satgas darat.