kaltengpedia.com – Isu kelanjutan pembangunan Jembatan Lemo kembali memanas menjelang Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilkada Barito Utara. Proyek jembatan yang dianggap vital bagi konektivitas dan ekonomi warga ini justru menjadi bahan perdebatan antara dua tokoh besar, yaitu H. Nadalsyah (Koyem) dan calon bupati nomor urut 01, H. Shalahuddin.
Menariknya, di tengah meningkatnya elektabilitas pasangan Shalahuddin–Felix yang kini unggul sementara atas Jimmy–Indri, Nadalsyah memilih “turun gunung”. Mantan Bupati Barito Utara dua periode ini kembali aktif ke lapangan untuk mendukung Jimmy–Indri, termasuk hadir langsung di Desa Lemo dan wilayah strategis lainnya. Ia membawa isu Jembatan Lemo sebagai simbol penting kelanjutan pembangunan yang menurutnya terancam jika bukan pemimpin sevisi yang terpilih.
Nadalsyah menegaskan bahwa Jembatan Lemo bukan sekadar proyek, melainkan kebutuhan masyarakat Barito Utara. Dalam unggahan Facebook (26/7/2025), ia menyebut jembatan ini sudah dirancang oleh konsultan profesional, direkomendasikan oleh KKJTJ, dan masuk dalam RPJPD Barito Utara 2025–2045. Ia menolak anggapan bahwa proyek ini bisa diabaikan atau dihentikan begitu saja.
Sementara itu, Shalahuddin menyampaikan dalam debat PSU bahwa proyek besar seperti Jembatan Lemo harus direncanakan dengan matang agar bisa selesai dalam satu periode kepemimpinan. Ia mengingatkan agar pemerintah tidak mengulangi kegagalan pembangunan sejumlah jembatan sebelumnya yang mangkrak, seperti Jembatan Tumpung Laung dan Gandring. Menurutnya, lebih baik proyek diselesaikan satu per satu agar manfaatnya nyata.
Pernyataan Shalahuddin ini kemudian dipandang Nadalsyah sebagai ancaman terhadap proyek yang telah ia rintis. “Jangan karena alasan politik, kepentingan masyarakat dikorbankan,” ujarnya saat menemui warga di Teweh Baru.
Warga Desa Lemo menyambut baik perhatian terhadap proyek ini, namun mereka berharap tidak lagi hanya dijadikan bahan kampanye. Salah satu tokoh adat setempat mengatakan masyarakat sudah lelah menunggu janji pembangunan.
“Kalau memang untuk rakyat, duduk bersama saja. Jangan saling menyalahkan. Yang penting, jembatan itu dibangun,” ujarnya pada salah satu unggahan facebook.
Turunnya Nadalsyah Koyem ke lapangan dianggap banyak pihak sebagai bentuk keseriusannya menjaga kelanjutan pembangunan yang sudah ia mulai. Namun, dengan kondisi saat ini di mana elektabilitas Jimmy–Indri mulai menurun, muncul pertanyaan: apakah ini strategi darurat Koyem untuk menyelamatkan pasangan yang ia dukung?
Dengan waktu PSU yang semakin dekat, warga Barito Utara berharap agar siapa pun pemimpin terpilih nantinya bisa fokus pada realisasi pembangunan, termasuk Jembatan Lemo. Masyarakat tidak lagi ingin dijadikan objek narasi politik, tapi ingin melihat bukti nyata.
Kini, publik bertanya: Akankah Jembatan Lemo benar-benar dibangun, atau hanya jadi bahan jualan politik menjelang pemilihan? Dan apakah turunnya Koyem cukup untuk mengembalikan dukungan pada Jimmy–Indri?






















