Fordayak Dukung GRIB Jaya Kalteng, Apakah Ini Akhir dari Polemik?

Foto : Silaturahmi Grib Jaya Kalteng dan Fordayak (Dok.Istimewa)

kaltengpedia.com – Organisasi Masyarakat Forum Pemuda Dayak (Fordayak) menyatakan dukungan terhadap keberadaan Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu Jaya (GRIB Jaya) di Kalimantan Tengah (Kalteng). Ketua Umum Fordayak, Bambang Irawan, menerima kunjungan Bendahara Dewan Pimpinan Daerah (DPD) GRIB Jaya Kalteng, Eko Yanto Saputra, di Sekretariat Fordayak di Jalan Bukit Raya II, Kota Palangka Raya, pada Rabu siang (12/03/2025).

Dalam pertemuan tersebut, Eko Yanto Saputra menjelaskan bahwa keberadaan GRIB Jaya di Kalteng sempat menimbulkan polemik dan penolakan dari beberapa pihak. Ia menegaskan bahwa GRIB Jaya hadir bukan untuk mencari permusuhan, melainkan untuk bersinergi dan berkolaborasi dengan ormas lain demi kemajuan daerah.

Bambang Irawan menyambut baik kehadiran GRIB Jaya dan berharap dapat terjalin kolaborasi yang positif ke depannya. Dukungan serupa disampaikan oleh Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Fordayak Kalteng, Theo Virgen Lambung, yang menilai GRIB Jaya memiliki tujuan menjaga kebhinekaan di Kalteng. Ia juga mengapresiasi kesiapan GRIB Jaya untuk berkolaborasi dengan ormas lain dan mengutamakan prinsip Huma Betang.

Bacaan Lainnya

Sebagai langkah awal, direncanakan pertemuan buka puasa bersama antara GRIB Jaya dan ormas-ormas lain di Kalteng, sebagai wujud komitmen untuk bersama-sama membangun Bumi Tambun Bungai.

Namun, di sisi lain, Aliansi Masyarakat Dayak Bersatu menyatakan penolakan terhadap kehadiran GRIB Jaya di Kalteng. Mereka menilai ormas tersebut belum menunjukkan kiprah positif di luar Kalteng dan khawatir kehadirannya tidak membawa manfaat nyata bagi masyarakat setempat. Aliansi ini juga menekankan pentingnya memberdayakan ormas lokal yang sudah ada.

Salah satu orator aksi mengatakan bahwa pihaknya menolak GRIB lantaran beberapa alasan, termasuk banyaknya ormas di Kalteng yang sudah ada dan perlu pembinaan.

Sebelumnya, pada tahun 2021, sejumlah ormas di Kalteng juga menggelar aksi damai menolak keberadaan Tariu Borneo Bangkule Rajakng (TBBR) di wilayah tersebut, dengan alasan ketidaksesuaian dengan budaya dan adat istiadat Dayak Kalteng.

Pos terkait