kaltengpedia.com – Kalimantan Tengah (Kalteng) dan Kalimantan Barat (Kalbar) adalah dua provinsi di Pulau Kalimantan yang memiliki karakteristik pendidikan yang berbeda. Untuk memahami perbandingan kualitas pendidikan di kedua provinsi ini, kita dapat melihat beberapa indikator utama seperti Angka Harapan Lama Sekolah (HLS), Rata-rata Lama Sekolah (RLS), dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Angka Harapan Lama Sekolah (HLS)
HLS mengukur jumlah tahun sekolah yang diharapkan akan ditempuh oleh anak-anak pada usia tertentu. Pada tahun 2022, HLS di Kalimantan Barat adalah 12,66 tahun, yang berarti anak berusia 7 tahun di Kalbar diharapkan dapat menyelesaikan pendidikan hingga jenjang Diploma I. Sementara itu, data HLS untuk Kalimantan Tengah pada tahun yang sama tidak tersedia dalam sumber yang ada. Namun, pada tahun 2015, HLS di Kalteng mencapai 12,22 tahun, menunjukkan tren positif dalam harapan lama sekolah.
Rata-rata Lama Sekolah (RLS)
RLS menunjukkan jumlah tahun rata-rata yang dihabiskan oleh penduduk usia 25 tahun ke atas dalam menempuh pendidikan formal. Pada tahun 2022, RLS di Kalimantan Barat adalah 7,59 tahun, yang setara dengan pendidikan hingga kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP). Untuk Kalimantan Tengah, pada tahun 2015, RLS mencapai 8,03 tahun, menunjukkan bahwa penduduk Kalteng rata-rata telah menyelesaikan pendidikan hingga kelas VIII SMP.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
IPM adalah indikator komposit yang mengukur capaian pembangunan manusia dari tiga dimensi: kesehatan, pendidikan, dan standar hidup layak. Pada tahun 2022, IPM Kalimantan Barat tercatat sebesar 68,63, yang termasuk dalam kategori sedang dan merupakan yang terendah di Pulau Kalimantan. Sementara itu, IPM Kalimantan Tengah pada tahun yang sama mencapai 71,63, menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan Kalbar
Berdasarkan indikator-indikator di atas, Kalimantan Tengah menunjukkan performa yang lebih unggul dalam bidang pendidikan dibandingkan dengan Kalimantan Barat. Hal ini terlihat dari Rata-rata Lama Sekolah dan Indeks Pembangunan Manusia yang lebih tinggi. Namun, kedua provinsi masih memiliki tantangan masing-masing dalam meningkatkan kualitas dan akses pendidikan bagi penduduknya.
