kaltengpedia.com – Sebuah insiden mengejutkan terjadi di halaman Kantor Gubernur Kalimantan Tengah pada Kamis pagi, 24 Juli 2025, sekitar pukul 08.00 WIB. Seorang pejabat Badan Intelijen Negara (BIN) Daerah Kalimantan Tengah, yakni Kolonel Widya, terekam kamera melakukan tindakan kasar kepada dua anggota Satpol PP Provinsi Kalteng.
Peristiwa ini menjadi viral setelah video detik-detik kejadian menyebar di media sosial seperti X, TikTok, dan Instagram, memicu perhatian dan kecaman dari publik. Berikut rangkuman fakta-fakta penting dari peristiwa tersebut:
1. Lokasi Kejadian di Kantor Gubernur Kalteng
Insiden terjadi di halaman Kantor Gubernur Kalteng, Jalan RTA Milono, Palangka Raya. Lokasi ini merupakan area pemerintahan yang sakral dan penuh simbol wibawa, sehingga peristiwa kekerasan fisik yang terjadi di sana langsung menyita perhatian banyak pihak.
2. Sosok Pelaku: Kolonel Widya, Pejabat BIN Kalteng
Diketahui bahwa pelaku merupakan Kolonel Widya, yang menjabat sebagai Kepala Bagian Operasional BIN Daerah (Binda) Kalteng. Ia dikenal sebagai perwira TNI aktif yang bertugas di bawah institusi intelijen negara.
3. Pemicu: Salah Paham Terkait Parkir
Ketegangan bermula dari persoalan sepele namun sensitif, yakni masalah parkir. Kolonel Widya saat itu memarkirkan kendaraannya di area khusus Gubernur. Petugas Satpol PP yang berjaga mengingatkan agar parkir di area tamu. Namun, teguran tersebut tidak diterima dengan baik dan memicu salah paham.
4. Terekam Kamera: Aksi Fisik dan Push Up
Dalam rekaman video yang beredar luas, Kolonel Widya terlihat:
-
Menepuk keras bagian leher salah satu anggota Satpol PP,
-
Memberikan instruksi tegas kepada dua anggota untuk melakukan push up sebagai bentuk sanksi,
-
Mengeluarkan kata-kata bernada tinggi.
Tindakan ini langsung menjadi sorotan karena dilakukan secara terbuka di kawasan pemerintahan.
5. Adu Argumen dengan Kabid Satpol PP
Setelah mendengar laporan anak buahnya dipukul dan diperintah push up, Kepala Bidang Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat (Trantibum) Satpol PP Kalteng, Eric Dovico, mendatangi lokasi dan mempertanyakan tindakan Kolonel Widya.
Percakapan sengit pun terjadi. Eric menegaskan bahwa anak buahnya berada di bawah komandonya, bukan pihak lain. Namun Kolonel Widya bersikukuh bahwa dirinya sebagai militer berhak memberikan perintah semacam itu.
“Kalau saya suruh push up, salah enggak?” tanya Kolonel Widya.
“Salah, karena itu bukan anggota bapak,” jawab Eric.
6. Kolonel Widya Bawa Nama BIN dan Marwah Lembaga
Dalam kondisi emosi, Kolonel Widya kemudian menyebut harkat dan martabat institusinya:
“Kalau ada yang nggak suka sama BIN di sini, silahkan datang ke kantor saya. Ini marwah BIN!”
Pernyataan ini menimbulkan respons luas karena membawa institusi negara dalam konflik personal yang tidak proporsional.
7. Gubernur Kalteng Turun Tangan Lakukan Mediasi
Mengetahui adanya ketegangan, Gubernur Kalimantan Tengah, H. Agustiar Sabran, turun langsung dan memanggil kedua pihak ke Istana Isen Mulang. Mediasi berlangsung selama kurang lebih 10 menit dan berhasil mencairkan suasana.
8. Berakhir Damai dan Saling Memaafkan
Plt Sekretaris Daerah Kalteng, Leonard S. Ampung, membenarkan bahwa kedua belah pihak telah berdamai:
“Ini hanya salah paham. Telah dilakukan komunikasi dan sudah selesai secara kekeluargaan. Diharapkan tidak ada lagi polemik ke depannya,” ujarnya.
9. Satpol PP: Anggota Sudah Jalankan SOP
Kepala Satpol PP Kalteng, I Sangkai, menegaskan bahwa anggotanya hanya menjalankan tugas sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP). Mereka hanya mengingatkan agar parkir dilakukan sesuai ketentuan.
“Anggota kami hanya menegur tamu agar tidak parkir di area Gubernur. Tidak ada provokasi atau tindakan yang melanggar,” katanya.
Ia juga meluruskan bahwa yang terjadi bukan pemukulan berat, melainkan tindakan keras yang secara militer dianggap pembinaan.
10. Klarifikasi dan Permintaan Maaf Kolonel Widya
Dalam video klarifikasinya, Kolonel Widya mengakui bahwa ia tidak menunjukkan identitas saat masuk ke kantor gubernur, sehingga terjadi miskomunikasi.
“Ini murni salah paham. Saya mohon maaf dan tidak ada niat memperkeruh suasana. Semoga tidak ada lagi berita-berita yang memperkeruh dan mengganggu stabilitas Kalteng,” ujarnya.
Peristiwa ini menjadi pelajaran penting bahwa komunikasi, etika antar lembaga, dan penghormatan terhadap prosedur harus dikedepankan. Terlebih, ketika menyangkut pejabat negara dan ruang publik strategis seperti kantor pemerintahan.
Penting bagi semua pihak untuk menjaga wibawa, keteladanan, dan tidak mudah tersulut emosi saat menjalankan tugas.