sosok Ir H Abdul Razak. Selain sebagai politikus senior, sejumlah jabatan strategis juga pernah diembannya. Mulai dari Bupati Kobar, Ketua DPD Golkar Kalteng, Wakil Ketua DPRD, hingga sejumlah jabatan birokrasi. Saat ini masih aktif di sejumlah organisasi. Ia juga sukses mengantarkan putra keduanya menjadi Wali Kota Palangka Raya.
Sebelum terjun ke dunia politik seperti saat ini, H Abdul Razak yang lahir di Pangkalan Bun, 10 November 1949 mengenyam pendidikan SD/SMP dan SMA di Pangkalan Bun. Sebelum akhirnya melanjutkan kuliah di Universitas Lambung Mangkurat tahun 1975. Kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Gajah Mada hingga selesai.
Tahun 1980 ia diterima sebagai pegawai honorer Dinas Kehutanan (Dishut) Provinsi Kalteng. Kemudian bertugas di Cabang Dinas Kehutanan Kapuas sebagai Kepala Seksi Pemasaran, dari 1983 hingga 1985.
“Saya kemudian diminta oleh Kadis Kehutanan Kalteng saat itu untuk menjabat Kepala Seksi Dinas di Gerbang Barito di Jenamas (Perbatasan Marabahan-Buntok) selama satu tahun untuk menangani penebangan liar kala itu. Dan itu menjadi tugas yang sangat berat, karena banyak tantangan saat melakukan penertiban kayu hasil penebangan liar siang maupun malam,” kisahnya saat ditemui di ruang kerjanya, kantor DPRD, Kamis (9/12).
Selanjutnya periode 1986-1989 menjabat Kepala Seksi Eksploitasi Kanwil Kehutanan. Lalu dipercayakan menjabat Kepala Cabang Dinas Kehutanan Kabupaten Kotim selama tujuh tahun.
“Saya merupakan salah satu kepala dinas yang menjabat paling lama saat itu. Saya menggantikan Bapak Tuah Pahoe. Kotim menjadi tempat tinggal kedua saya setelah Pangkalan Bun,” beber politikus senior Partai Golkar tersebut.
Tugas sebagai Kepala Cabang Dinas Kehutanan Kotim saat itu harus membawahi tiga daerah aliran sungai, yaitu Mentaya, Katingan, dan Seruyan.
Setelah itu ada perubahan nomenklatur dan kemudian menjabat Kepala Dinas Kehutanan Kotim. Karena relasi yang baik dibangun bersama tokoh, pejabat, partai politik, pengusaha, dan lainnya sehingga dipercaya menjadi sekretaris dewan penasihat Partai Golkar saat itu.
“Karena saat ini masih diperbolehkan PNS berkiprah di partai politik,” jelas ayah dari Wali Kota Palangka Raya Fairid Naparin.
Setelah itu, oleh Gubernur Kalteng Warsito ditarik menjadi Kabid Ekonomi Bappeda Provinsi Kalteng selama setahun, lalu dipercaya menjabat Ketua Bapedda Kobar tahun 1998 selama dua tahun.
“Tahun 2000 itu jabatan Bupati Kobar berakhir. Karena saya aktif di parpol, maka oleh tokoh-tokoh partai politik, tokoh pemuda, tokoh masyarakat, tokoh adat, dan lainnya didorong untuk berkompetisi pada pemilihan Bupati Kobar,” tambahnya.
Karena besarnya dukungan, kemenangan cukup telak diraih. Dari 30 kursi di DPRD, 26 kursi didapatkan, sementara sisanya pasangan lain. Sehingga menjadi putra daerah pertama dari kalangan birokrasi yang menjadi kepala daerah di Kobar. Biasanya dari TNI-Polri.
“Karena belum pensiun, ditarik menjadi Kepala Kesbangpol. Akhirnya tahun 2006/2007 pensiun dari PNS,” kisah politikus Golkar yang telah lebih 41 tahun berkiprah.
Karena berlatar belakang sebagai orang Golkar, ia kembali fokus dan terjun ke dunia politik. Sebagai orang birokrat, ia tidak ingin berdiam di rumah saja. Apalagi tidak punya bakat menjadi pengusaha.
Pada 2009 terpilih menjadi Ketua DPD Golkar Provinsi Kalteng menggantikan H Asmawi Agani. Setelah itu, maju sebagai calon legislatif dan terpilih. Kemudian diminta menjadi wakil ketua DPRD. Tahun 2014 terpilih kembali menjadi anggota DPRD Kalteng dan menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Kalteng untuk kedua kalinya. Tak sampai di situ saja. Ia terpilih lagi untuk periode ketiga dan dipercaya menjabat wakil ketua.
“Sebenarnya saya sudah cukup, karena sudah menjabat dua periode, yakni periode 2009-2014 dan 2014-2019. Namun karena diminta, maka kembali menjalankan amanah tersebut,” tutur pria yang pernah menjabat Ketua DPD Golkar Kalteng dua periode tersebut.
Abdul Razak menjadi satu-satunya tokoh partai politik di Kalteng yang menjabat sebagai wakil ketua selama tiga periode. Hanya satu tokoh yang tiga kali menjabat ketua, yakni R. Atu Narang. “Saya mulai atif di parpol sejak 1980. Nomor HP (ponsel) saya tidak pernah diganti sejak menjadi bupati sampai saat ini,” tegasnya.
Karena merupakan kader Golkar dan selalu memperjuangkan aspirasi masyarakat, maka Golkar menjadi sangat dominan dan eksis sejak dahulu. Di Kalteng, hampir 7 kabupaten dijabat oleh kader Golkar, baik sebagai bupati/wakil bupati atau wali kota/wakil wali kota.
Abdul Razak sudah mempertimbangkan untuk berkarier di dunia politik sampai 2024 saja. Menurutnya ada banyak kader muda potensial yang bisa mengemban tugas menghidupkan partai dan mendukung pembangunan di daerah ini.
“Pada pileg 2014 meraih 5 kursi, lalu 2019 bertambah jadi 7 kursi. Harapan saya, tahun 2024 nanti akan ada tambahan kursi lagi,” harap Razak.
Dirinya juga berterima kasih kepada masyarakat Kota Palangka Raya yang telah memercayakan putra keduanya Fairid Napari menjabat sebagai wali kota. Menjadi kebanggaan tersendiri baginya sebagai orang tua.
Karena aktif di organisasi kepemudaan, putranya itu bisa memiliki relasi yang luas segingga mampu mengantarkannya sebagai orang nomor satu di Kota Palangka Raya. Bahkan menjadi wali kota termuda se-Indonesia saat itu, dengan usia 33 tahun.
Ia berharap putranya bisa terus berjuang untuk kepentingan masyarakat dan memajukan pembangunan di Kota Cantik. Kesan sejumlah tokoh dan masyarakat juga cukup baik, walaupun masih banyak tugas yang harus diselesaikan. Hal yang membanggakan juga bahwa sebentar lagi akan menggelar pernikahan.
Aktivitas sehari-hari selain sebagai anggota DPRD, khususnya sebagai Wakil Ketua I DPRD Kalteng, Abdul Razak juga menggeluti dunia olahraga.
“Dulu saya suka sama sepak bola. Karena faktor usia, lalu saya geluti olahraga bulu tangkis dan kemudian golf saat ini, menyesuaikan tingkatan risiko sesuai usia saya. Saya juga punya hobi treadmill dan mengisi TTS untuk memperlambat kepikunan saat usia lanjut,” tuturnya.