Gibran Pernah Sebut Food Estate Berhasil di Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, Padahal Begini Kenyataannya

food estate Gunung Mas Kalteng, yang ditanami jagung di atas polybag. istimewa

kaltengpedia.com – Program food estate di Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, kembali menjadi sorotan setelah calon wakil presiden nomor urut 1, Muhaimin Iskandar (Cak Imin), dan calon wakil presiden nomor urut 3, Mahfud Md, menyatakan program tersebut gagal dalam debat pilpres keempat pada 21 Januari 2024. Kedua tokoh tersebut menilai proyek ini tidak hanya merugikan negara, tetapi juga menimbulkan kerusakan lingkungan yang serius.

Cak Imin menyebut bahwa food estate telah memperparah krisis iklim dan bencana ekologi. “Penanggulangan krisis iklim harus dimulai dengan memperhatikan etika lingkungan, yang melibatkan keseimbangan antara manusia dan alam,” tegasnya. Mahfud Md menambahkan bahwa program tersebut, terutama di Gunung Mas, gagal memberikan hasil positif dan malah berdampak buruk pada ekosistem.

Namun, calon wakil presiden nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, membantah klaim tersebut. Dalam debat, Gibran menegaskan bahwa meskipun ada beberapa kegagalan, food estate di Gunung Mas dianggap berhasil. “Di Gunung Mas, itu sudah panen jagung dan singkong. Cek saja datanya,” kata Gibran. Pernyataan ini juga didukung oleh Menteri Amran yang menyebutkan bahwa food estate di Kalimantan Tengah telah menunjukkan hasil panen, meskipun masih dalam tahap pengembangan.

Bacaan Lainnya

Klaim Panen yang Dipertanyakan

Amran menyatakan bahwa panen singkong di Gunung Mas dilakukan di lahan seluas 3 hektare, sementara jagung dipanen di 10 hektare. Namun, temuan investigasi Majalah Tempo edisi 9 Oktober 2021 menunjukkan gambaran yang berbeda. Dalam laporannya, Tempo menemukan bahwa proyek food estate di Gunung Mas menghadapi banyak kendala sejak dimulai pada 2020.

Hutan seluas 600 hektare ditebang untuk proyek ini, tetapi hasilnya tidak memadai. Tanaman singkong yang ditanam hanya tumbuh setinggi lutut dan gagal dipanen. Bahkan, jagung yang disebut-sebut berhasil tumbuh, hingga kini belum mencapai hasil panen yang signifikan, menurut Direktur Walhi Kalimantan Tengah, Bayu Herinata.

“Food estate di Gunung Mas gagal. Singkong di sana tidak tumbuh, dan jagung yang ditanam juga belum dipanen hingga hari ini,” kata Bayu.

Faktor Penyebab Kegagalan

Masitoh Nur Rohma, dosen Universitas Islam Indonesia, menyatakan bahwa proyek food estate di Kalimantan Tengah menggunakan bekas lahan gambut yang rentan gagal apabila dilakukan perubahan pola tanam secara drastis. Akibatnya, produktivitas menurun, dan kegagalan panen kerap terjadi.

Petani lokal seperti Heriyanto juga merasakan dampak negatif program ini. Setelah mengikuti program food estate, hasil produksi padinya menurun drastis dibandingkan metode tradisional sebelumnya.

Implikasi Politik dan Lingkungan

Kegagalan program food estate ini telah menimbulkan perdebatan di tingkat nasional, terutama karena dana besar yang telah dikeluarkan untuk proyek tersebut. Selain itu, dampaknya pada lingkungan menjadi perhatian utama, dengan deforestasi dan kerusakan lahan gambut yang sulit dipulihkan.

Meski Gibran dan pihak pemerintah mengklaim adanya keberhasilan parsial, bukti di lapangan menunjukkan bahwa program ini memerlukan evaluasi mendalam sebelum dilanjutkan. Keberhasilan yang diklaim tampak tidak sebanding dengan dampak kerusakan yang telah terjadi.

Program food estate di Gunung Mas yang menjadi perdebatan panas dalam Debat Pilpres Keempat seakan mencerminkan tantangan besar dalam menciptakan kebijakan berbasis lahan di Indonesia. Evaluasi dan langkah konkret perlu dilakukan agar keberhasilan yang diharapkan tidak hanya menjadi klaim sepihak, tetapi benar-benar dirasakan masyarakat lokal.

Pos terkait