Politik Pencitraan Vs Politik Otentik di Pilkada Kalteng 2024: Agustiar Sabran, Abdul Razak, Willy Midel Yoseph, dan Nadalsyah Koyem

Calon Gubernur Kalteng 2024. ist

kaltengpedia.com – Menjelang Pilkada Kalimantan Tengah (Kalteng) 2024, persaingan antara empat calon gubernur—H. Agustiar Sabran, H. Abdul Razak, Willy Midel Yoseph, dan Nadalsyah Koyem—semakin memanas. Setiap calon menghadapi tantangan besar dalam menentukan strategi politik yang tepat, apakah akan lebih menekankan pada politik pencitraan atau menonjolkan politik otentik.

Menurut analisis Kaltengpedia, masa kampanye yang akan dimulai beberapa minggu lagi akan menjadi ajang untuk melihat apakah para kandidat ini lebih memilih mendekatkan diri dengan konstituen secara nyata atau membangun citra lewat media dan simbol-simbol politik.

H. Agustiar Sabran: Kekuatan Media dan Pencitraan Terstruktur

Agustiar Sabran, tokoh berpengaruh dari keluarga besar Sabran, dikenal dengan penguasaan medianya yang kuat. Sebagai anggota DPR RI, ia memiliki akses luas ke platform media dan menggunakan pencitraan yang sistematis untuk membangun narasi kepemimpinannya. Kampanye pencitraannya sering kali fokus pada kekuatan keluarga dan kedekatan dengan masyarakat adat. Dalam konteks politik pencitraan, Agustiar menunjukkan kemampuannya dalam memanfaatkan media sosial, televisi, dan acara-acara besar untuk memperkuat kehadirannya di masyarakat.

Bacaan Lainnya

Namun, Agustiar juga harus menghadapi kritik tentang otentisitas program-program yang ditawarkan. Beberapa pengamat menilai pencitraan yang terlalu terstruktur bisa mengurangi kesan keaslian dalam berinteraksi dengan rakyat, dan ini bisa menjadi tantangan besar menjelang pemungutan suara.

H. Abdul Razak: Kombinasi Pencitraan dan Pendekatan Otentik

H. Abdul Razak, tokoh politik senior di Kalteng, memiliki pendekatan yang seimbang antara politik pencitraan dan politik otentik. Berpengalaman sebagai birokrat dan politisi, Razak dikenal mengedepankan stabilitas dan program-program nyata yang dekat dengan kebutuhan masyarakat. Melalui pencitraan, ia berusaha memperlihatkan sebagai figur yang tenang dan berpengalaman, mengusung narasi keberlanjutan pembangunan Kalteng.

Di sisi lain, pendekatan otentiknya terlihat melalui berbagai dialog terbuka dengan masyarakat, khususnya di daerah-daerah terpencil. Razak sering turun langsung untuk mendengarkan aspirasi warga. Menurut Kaltengpedia, strategi ini mampu membangun loyalitas pemilih yang menghargai pendekatan yang lebih personal dan langsung.

Willy Midel Yoseph: Mengandalkan Ketokohan Keluarga dan Otentisitas

Willy Midel Yoseph, yang berasal dari keluarga politik terkemuka di Kalimantan Tengah, lebih dikenal dengan gaya politik yang otentik. Tokoh ini sering hadir dalam berbagai forum lokal dengan pendekatan yang lebih santai dan dekat dengan masyarakat. Dalam setiap kampanyenya, Willy berusaha untuk tidak terlalu mengandalkan pencitraan berbasis media, tetapi lebih fokus pada interaksi langsung dengan pemilih.

Namun, Kaltengpedia mencatat bahwa meskipun Willy terlihat lebih otentik, ia tetap menggunakan simbol-simbol politik keluarganya untuk memperkuat posisinya. Pengaruh keluarganya di berbagai daerah memberikan keunggulan tersendiri dalam Pilkada ini, namun citra ini juga dapat dilihat sebagai bagian dari strategi pencitraan yang terselubung.

Nadalsyah Koyem: Menjaga Keaslian di Tengah Populisme

Nadalsyah Koyem, Bupati Barito Utara yang populer, lebih condong ke arah politik otentik. Ia dikenal sebagai pemimpin yang dekat dengan rakyat, sering turun langsung untuk melihat kondisi daerah yang ia pimpin. Keberhasilan Koyem dalam pembangunan infrastruktur di daerah asalnya menjadi bukti kuat yang ia gunakan dalam kampanye.

Menurut analisis Kaltengpedia, Koyem menekankan keaslian dan keberhasilannya sebagai bukti nyata kepemimpinannya. Namun, di tengah persaingan ketat, tim kampanyenya tetap mengadopsi beberapa elemen pencitraan modern untuk menjangkau lebih banyak pemilih, terutama melalui media sosial. Koyem harus berhati-hati agar pencitraan ini tidak melunturkan kesan otentik yang sudah menjadi kekuatan utamanya.

Dalam masa kampanye mendatang, Kaltengpedia memprediksi bahwa para kandidat akan menghadapi tekanan besar untuk menyeimbangkan pencitraan dengan otentisitas. Politik pencitraan akan memainkan peran penting dalam membentuk opini publik di kalangan pemilih muda dan pemilih perkotaan yang lebih banyak terpapar media. Di sisi lain, politik otentik akan menjadi kunci untuk menarik perhatian pemilih di daerah-daerah pedalaman yang lebih menghargai interaksi langsung dan bukti nyata kepemimpinan.

Pada akhirnya, pemenang Pilkada Kalteng 2024 kemungkinan besar akan ditentukan oleh kemampuan kandidat untuk memadukan kedua pendekatan ini secara efektif, menjaga kepercayaan publik dengan otentisitas mereka, sambil tetap memanfaatkan kekuatan media dan pencitraan untuk memperluas jangkauan kampanye.

Pos terkait